Abisatya (Keping Kedua)

Oleh: Retno Fitriyanti
Dyah, Nina, Putri dan Winona asyik bergosip sambil sesekali mengerjakan tugas ekonomi dari Pak Eko. Karena sakit, Pak Eko tidak bisa mengajar, hanya memberikan tugas untuk dikerjakan.
Sudah tau belum anak baru di kelas X IPA 1?
Emang ada anak baru? Cewek apa cowok? Cakep gak?tanya Nina penasaran.
Cowok, Prima Yudistira namanya. Lumayanlah kayak artis India. Kata Yudi sih, aku juga belum pernah liat. Orangnya pendiam engga suka bergaul.Dyah menjelaskan.
“Katanya pindahan dari JakartaWinona buka suara.
Iya, disini tinggal sama neneknya
Kok kamu tau, Dyah? Katanya belum pernah ketemu?Putri angkat bicara.
Kan ada Kang Mas Yudi yang jadi intelnyaCeloteh Winona dengan nada suara menggoda. Wajah Dyah nampak bersemu malu digoda Winona. Upi ikut tersenyum mendengar pembicaraan mereka.
Tidak ada yang tahu sebenarnya Upi telah lebih dahulu bertemu dengan anak baru itu. Kemarin, saat ingin beristirahat di gudang belakang sekolah. Ia tidak menyangka ada orang lain selain dirinya di dalam gudang. Untuk sesaat Upi terkejut mendapati sosok lelaki yang tertidur dibalik tumpukan meja dan kursi. Ia pikir itu hantu namun setelah ia pastikan sosok itu adalah manusia. Keadaan menjadi canggung saat lelaki itu bangun dan memandang keheranan kearah Upi. Mungkin mereka sama-sama terkejut bertemu di gudang sekolah yang sepi dan gelap.
Kamu siapa? Ngapain disini?tanya Upi
Kamu sendiri ngapain disini?lelaki itu malah balik bertanya.
Ini tempat persembunyianku. Aku yang membersihkan dan merapihkan gudang kemarin. Enak saja kamu main masuk dan tidur disini Kata Upi sedikit jengkel.
Pintunya tidak dikunci kok, jadi siapa saja boleh masuk. Lagipula inikan gudang sekolah bukan milik pribadi Kata lelaki itu tidak peduli sambil kembali merebahkan badannya di atas jejeran tiga buah kursi.
Melihat gelagat lelaki itu yang tidak mau pergi, akhirnya Upi mengalah. Dengan perasaan kesal Upi meninggalkan gudang. Siapa sebenarnya lelaki itu? Upi bertanya-tanya dalam hati. Karena baru kali ini Upi melihatnya. Walaupun tidak kenal dengan semua siswa di SMA Teladan, setidaknya Upi hapal wajahnya.
Tapi wajah lelaki itu belum pernah ia lihat sebelumnya.
Kini, mendengar perbincangan teman-temannya, Upi yakin bahwa lelaki yang ia temui di gudang kemarin adalah si anak baru. Prima Yudistira anak kelas X IPA 1. Penampilannya sih lumayan menarik tapi perilakunya membuat Upi kesal. Karena Prima telah mensabotase gudang belakang sekolah. Padahal Upi sudah bersusah payah membersihkan dan merapihkan gudang tapi akhirnya gagal menjadi tempat pelariannya.
Keesokan harinya, saat istirahat, Upi kembali ke gudang belakang sekolah. Kali ini ia berniat tidak akan mengalah bila bertemu Prima lagi. Karena Upi merasa lebih berhak menggunakan gudang daripada Prima. Lagipula masa anak baru berani sama anak lama.
Bergegas Upi menuju gudang belakang sekolah. Dibukanya pintu gudang perlahan. Matanya menyapu seluruh sudut gudang. Sepertinya Prima tidak ada di dalam. Upi menyeringai senang. Ia merasa menang. Dibukanya buku yang ia bawa. Dengan bantuan penerangan dari ponselnya, Upi mulai terhanyut dalam bacaannya.
Karena terlalu asyik membaca, Upi tidak menyadari kehadiran Prima. Tahu-tahu lelaki berkulit coklat dan beralis tebal itu sudah mengambil posisi berseberangan dengan Upi. Tanpa canggung, Prima langsung merebahkan tubuhnya diatas meja yang dialasi koran. Prima seolah tidak mempedulikan kehadiran Upi.
Melihat Prima dihadapannya, Upi meradang. Ditendangnya kaki meja yang menjadi alas tidur Prima. Prima tak bergeming. Upi makin jengkel.
Hei, ngapain kamu kesini lagi?
Prima tidak menanggapinya. Ia tetap tidur atau mungkin pura-pura tidur. Merasa dirinya diabaikan, Upi menendang kaki meja dengan lebih keras hingga meja sedikit bergeser dan Prima tersentak.
Kamu kenapa sih? Engga liat orang lagi tidur?
Lagian, dari tadi aku tanya kamu malah pura-pura tidur
Ruangan inikan cukup besar untuk kita berdua. Rewel amat sih!
Tapi aku yang lebih dulu disini. Kamu anak barukan? Jangan sok ya!
Prima menatap tajam kearah Upi. Tatapannya membuat Upi jadi salah tingkah. Tapi Upi berusaha menguatkan hatinya dan terlihat tangguh dihadapan lelaki yang bermata bulat. Gudang ini harus menjadi miliknya katanya membatin.
Prima masih menatap lurus kearah Upi. Seperti orang yang sedang mengamati sesuatu. Upi jadi penasaran dibuatnya. Apa yang sebenarnya dilihat Prima. Tatapan itu apakah untuk Upi atau bukan?
Helloooo, kamu ngapain ngeliatin aku kayak gitu?
Engga, aku heran aja. Kemarin aku engga lihat dia. Kok sekarang tiba-tiba muncul. Mungkin dia terusik dengan kehadiranmu yang berisik.
Dia? Siapa maksudmu?
Tuh dibelakang kamu
Reflek Upi menengok ke kanan dan kiri. Lalu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tapi Upi tidak melihat orang lain selain dirinya dan Prima. Yang ada hanya tumpukan kursi, meja dan buku-buku. Mungkin Prima sedang mempermainkan dirinya. Dia pikir Upi adalah gadis penakut dan mudah ditakut-takuti.
Kamu pikir aku takut? Basi banget becandanya
Aku engga becanda kok. Bagus deh kalau kamu engga takut. Nanti kapan-kapan aku kenalin. Dia juga kayaknya suka sama cewek pemberani kayak kamu.
Oke, aku tunggu tantangannya
Prima tersenyum mendengar jawaban Upi. Baru kali ini Prima berbincang lama dengan seorang gadis. Biasanya gadis-gadis tidak suka berlama-lama didekat Prima. Bagi orang-orang yang telah mengenal Prima, ia tidak seperti lelaki kebanyakan. Terkadang Prima bertingkah aneh seperti suka berbicara sendiri. Hal itulah yang membuat teman-temannya terutama para gadis tidak suka bergaul dengannya.
Namun, pertemuannya dengan Upi membuat Prima berpikir bahwa kepindahannya ke Surabaya mungkin akan membawa perubahan dalam hidupnya. Hidup yang biasanya sepi akan mulai berwarna. Prima penuh harap.
Bel sekolah kembali menjerit. Tanda waktu istirahat telah usai. Upi berjalan keluar gudang meninggalkan Prima.
Hey, namamu siapa? Aku Prima
Upi hanya menoleh kearah Prima lalu bergegas menuju kelas tanpa sempat menyebutkan namanya.

Bersambung...

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama