Menjelajah Bumi Mojopahit

20150321_055517Melakukan perjalanan ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya sama halnya menebak sutu teka-teki. Apapun atau bagaimanapun itu, kita tak pernah tahu. Namun tentu pasti ada hal-hal yang membuat kita kagum, bahkan terkejut. Sabtu, 21 Maret telah ditetapkan untuk agenda travel rwriting kali ini. Memang, sebelumnya bukan tempat ini yang menjadi tujuan kami, melainkan Gunung Semeru atau Gunung Bromo. Namun, karena suatu hal, kami belum dapat mewujudkannya. Untuk itulah kami memilih suatu tempat yang tidak jauh dari Surabaya, namun tetap memiliki keindahan alam yang luar biasa. Mojokerto, sebuah kota kecil dimana pernah berdiri sebuah kerajaan megah nan jaya kala itu. Terkenal dengan prasasti-prasasti dan benda-benda bersejarah. Namun, jangan salah, keindahan alam di sana tidak kelah dengan pesona alam lainnya. Dua wisata alam yang kerap menjadi perbincangan adalah Pacet dan Trawas. Kedua tempat tersebut belum pernah kami datangi sebelumnya. Namun karena pertimbangan waktu yang hanya sehari, kami pun memilih mampir ke Pacet dengan tujuan Air Terjun Coban Canggu dan Pemandian Air Panas Padusan yang jaraknya lebih dekat dari stasiun kereta api. Selepas salat Subuh, pasukan FLP Surabaya langsung bergegas menuju Stasiun Gubeng. Kami memilih kereta untuk perjalanan kali ini karena beberapa alasan. Pertama, kami ingin menikmati perjalanan kami sebagai backpacker (meski hanya backpacker amatir). Alasan kedua adalah, anggota kami yang turut serta dalam perjalanan tiak hanya anggota dewasa saja, namun Hikam, salah seorang anggota termuda yang berusia 6 tahun juga turut dalam perjalanan ini. Nah, alasan yang ketiga ini adalah alasan yang menurut saya paling mengharukan. Teman-teman ingin saya bisa merasakan sensasi naik kereta meski barang sejam saja. Bermodal Rp 5.000/orang kami memulai perjalanan kami. Udara dingin tak menyurutkan semangat kami, bahkan membuat kami semakin semangat. Namun sayang, kondisi saya saat itu sedang tidak terlalu sehat. Mungkin karena saya gugup untuk perjalanan pertama dengan kereta. Tidak lama setelah kami menempati kursi kami, kereta pun mulai berjalan perlahan hingga semakin cepat. Ternyata enak juga naik kereta api tut … tut … tut …  Di luar hari masih gelap. Tidak ada pemandangan yang dapat dinikmati. Namun di dalam kereta tingkah lucu Hikam membuat kami terhibur. 2015-03-21 07.36.44Dari arah timur perlahan matahari dengan sinar yang begitu indah mulai merangkak naik. Terlihat jelas bulatan jingganya. Udara pun masih bersih dan sangat segar. Jarang-jarang bisa menghirup udara sesegar ini di Surabaya. Apalagi bila siang hari. Setelah sarapat roti bakar nikmat a la Mbak Retno, kami langsung melanjutkan perjalanan. Perjalanan ini termasuk perjalanan buta karena tak satupun dari kami tahu arah bagaimana menuju Pacet. Tak ada peta, hanya bermodal tanya pada warga sekitar. Dari Stasiun Mojokerto kami diarahkan untuk menggunakan lyn C yang berwarna kuning menuju Terminal Kertajaya. Dari Terminal Kertajaya kami harus berpindah menggunakan angkutan L300 berwarna hijau tua menuju Pacet. Namun sayang, transportasi ini hanya mampu mengantar kami sebuah perempatan yang saya lupa namannya, namun telah menjadi pemberentian terakhir. Padahal kami harus naik agi untuk isa sampai ke tempat tujuan. Sebenarnya bisa saja menyewa mobil ini, namun harga yang ditawarkan cukup mahal. Akhirnya, kami pun memilih menggunakan ojek. Di sini kemampuan tawar-menawar harus dikerahkan seluruhnya. Tawarlah 50% dari yang diminta para tukang ojek di sana. Jika tidak, Anda akan mendapat tariff yang cukup menguras isi kantong. Hampir 30 menit kami menuju kawasan wisata pemandian air panas dan air terjun.

20150321_074749 Pemandangan selama perjalanan sangat indah. Pohon dan saawh yang tertata apik di kanan-kiri, suara kicauan burung-burung yang keluar dari sarangnya, serta terpaan angin yang membawa udara segar terasa jelas. Jalannya pun memiliki sensasi sendiri pada tiap tikungan, khas pemandangan daerah pegunungan atau dataran tinggi. Ojek-ojek yang kami tumpangi mengantar kami hingga pintu masuk Air Terjun Coban Canggu. Rupanya kami adalah pengunjung pertama Air Terjun Coban Canggu. Tak ada satu pun pengunjung di sini. Rasa-rasanya air terjun ini milik sendiri. Sebelum sampai pada air terjun, kami melewati beberapa anak tangga yang tak terlalu panjang, sekita 500 meter. Di sisi kiri kami dapat menikmati pemandangan sawah nan indah. Gemericik air terlah teredngar dan mengalir. Tidak sabar melihat keindahan air terjun, kami pun bergegas. Hamparan batu-batu yang besar dengan air yang mengalir di sela-selanya. Nikmat Tuhan mana yang kaudustakan? Airnya terasa begitu segar. Sedangkan air yang terjun memang tidak terlalu deras, namun terpaannya cukup keras. Uniknya, di atas air terjun terdapat sebuah batu yang terkesan menggantung. Mirip sekali dengan hidung salah satu tokoh kartun, Squidward Tentacles.

2015-03-21 07.40.41 Tempat ini cocok untuk menyegarkan kembali pikiran kita yang setiap harinya dipusingkan oleh tugas sekolah ataupun pekerjaan yang menumpuk. Kita bisa bebas bermain air dan merasakan semburan air yang begitu dingin. Sebenarnya ingin sekali berdiri tepat di bawah air terjun, namun tidak seorang pun dari kami yang membawa pakaian ganti kecuali Hikam. Alhasil kami hanya bermain air di tepi, sedangkan Hikam terus membasahi badannya. Setelah puas bermain air, kami berencana untuk berpindah menuju Pemandian Air Panas Padusan. Di sini kami terjebak. Tidak ada ojek karena kami lupa memesan sebelumnya. Mau tidak mau kami harus berjalan. Jalanan dari air terjun menuju pemandian adalah mendaki. Kami sudah lama tidak melewati jalanan seperti ini. sebentar-sebentar kami harus berhenti, kecuali Hikam. Ia terus dengan semangat dan terkadang mengolok-olok kami karena tidak kuat berjalan. Setelah 15 menit berjalan akhirnya kami sampai juga. Terlihat parkiran kendaraan penuh, mulai dari mobil hingga motor. Untuk masuk ke pemandian kami harus membayar Rp 10.000/orang. Di dalam sangat penuh. Dan kami juga sedikit merasa kecewa di sini. Semula kami pikir pemandian ini adalah pemandian alami, namun ternyata kolam renang pada umumnya yang berisi air panas. Akhirnya kami pun hanya duduk di pinggir kolam sambil menemani Hikam yang asik berenang. Berjalanan kami berakhir pukul 2 siang. Kami harus segera kembali ke Stasiun Mojokerto agar tidak tertinggak kereta. Kami melewati rute dan transportasi yang sama. Sesampainya di depan terminal, hujan mengguyur kami dengan deras. Kami hanya bisa berteduh di pelataran mushollah yang terkunci hingga Ashar tiba. Hujan deras disertai angin kencang terun hingga pukul 4.15. Saat itulah kami langsung berjalan menuju Stasiun Mojokerto dan menunggu kereta yang akan membawa kami kembali ke Surabaya pada pukul 5 sore,

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Perjalanan kali ini benar-benar terasa backpackernya.

*Ngesti Andhamari





Post a Comment

Lebih baru Lebih lama