KURANGNYA MINAT BELAJAR MASYARAKAT INDONESIA

Kunci utama untuk menguasai dunia pengetahuan adalah dengan memperbanyak membaca. Karena dengan membaca, maka jendela dunia akan terbuka dan ketika jendela dunia telah terbuka maka masyarakat akan mengetahui tentang berbagai macam dunia sehingga akan membuat mereka berfikir dan keluar dari zona kemiskinan. Oleh sebab itu, semakin banyak kita membaca, semakin banyak pula kita telah mendapatkan serta merekam banyak informasi. Dan kita akan semakin mudah mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi.
Minat baca
Lalu, timbul pertanyaan, kenapa di zaman yang serba modern ini, ternyata justru menurunkan minat baca masyarakat Indonesia? Pada awal pencanangan pada tahun 1992, hasil UNESCO menyebutkan bahwa tingkat minat baca masyarakat Indonesia menempati posisi di urutan 27 dari 32 negara. Sementara pada waktu yang sama, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) berada di posisi 105 dari 160 negara, sedangkan di tahun 2013, IPM Indonesia berada di posisi 108 dari 187 negara. Pada tahun 2012, menurut survey lembaga pendidikan dunia UNESCO mengatakan minat baca masyarakat Indonesia yang paling rendah di ASEAN yakni hanya sekitar 0,001. Hal tersebut berarti dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Lain halnya Negara Singapura yang meiliki indeks membaca sampai 0,45. Berdasarkan UNESCO, masyarakat Indonesia hanya mampu membaca 27 halaman buku per tahun, yakni hanya mampu membaca satu halaman buku selama 15 hari.
Lain pula jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, yakni satu penduduk bisa membaca 20 hingga 30 judul buku, di Jepang antara 10 hingga 15 buku. Sedangkan di Asia berkisar 1 hingga 3 buku. Sementara di Indonesia hanya mampu 0 sampai 1 buku setiap tahunnya. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan di daerah. Di Kota Makassar, misalkan, budaya baca masyarakat masih berada di nilai 28,34 % berdasarkan laporan lembaga survei Tri Tunggal Sejaya tahun 2015.
Meskipun di Indonesia memiliki perpustakaan yang cukup banyak, namun masyarakat masih enggan untuk berkunjung dan membaca di perpustakaan. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya fasilitas perpustakaan, dan zaman yang sudah dikuasai oleh gadget. Seiring perkembangan gadget yang sangat melejit, menjadikan masyarakat Indonesia lebih menyukai tontonan daripada membaca. Banyak orang yang lebih memilih menonton filmnya daripada bukunya, contohnya.
Meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia
Membaca merupakan suatu budaya yang harus dilestarikan. Karena budaya membaca dapat mencerdaskan bangsa, khususnya pada generasi muda. Kualitas seseorang juga dapat dilihat dari seberapa banyak dia membaca dan mengerti. Untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurut pakar pendidikan, AR Tilaar, untuk mengubah perilaku masyarakat gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari anggota masyarakat kita.
Menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh:
Peran orang tua, untuk mensiasati masyarakat Indonesia agar gemar membaca juga dipengaruhi oleh peran orang tua. Para orang tua harus memberikan banyak motivasi dan dukungan dalam bentuk perubahan seperti meningkatkan budaya membaca.
Peran pemerintah, seyogyanya pemerintah harus tetap memberikan dukungan-dukungan kepada masyarakat Indonesia untuk selalu membudayakan membaca. Dengan cara salah satunya membuat acara-acara yang ada hubungannya dengan membaca.
Peran lembaga pendidikan, peran ini juuga sangat penting untuk diperhatikan. Karena lembaga pendidikan merupakan tempat dimana masyarakat Indonesia mengembangkan potensi-potensi mereka.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mendukung dan menjaga minat baca masyarakat Indonesia agar Negara kesatuan ini tidak akan menjadi Negara yang miskin akan pengetahuan dan bidang intelektual.

 

*Afiya Romadhoni

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama