Rumah Kedua

 Oleh: Retno Fitriyanti

https://pixabay.com/id/photos/dewasa-buku-harian-jurnal-1850177/
Ilustrasi: Pixabay.com

Riyanti duduk termenung di bangku taman kota. Dadanya sesak. Terlampau berat ujian hidup yang ia rasakan. Hari-hari panjang penuh air mata. Rasanya ingin menyerah, tapi terbayang wajah ketiga anaknya yang masih belia. Ia hanya mampu mengadu kepada sang pencipta. Di atas sajadah saat bersimpuh pasrah.

Pernah suatu kali tersirat keinginan Riyanti untuk mengakhiri hidupnya. Sambil menggendong, putra bungsu Riyanti yang masih menyusu, dituangnya segelas racun serangga. Entah apa yang merasukinya saat itu, Riyanti menenggak racun serangga. Beruntung kesadarannya kembali saat tangisan Azam pecah. Dimuntahkannya racun yang masih berada di mulutnya. Lalu berlari ke lemari pendingin mencari susu anaknya dan meminumnya. Dipeluknya Azam erat-erat sambil menyesali tindakan bodoh yang hampir merenggut nyawanya.

Kehidupan Riyanti hampir sempurna. Pernikahan yang bahagia dengan tiga orang anak yang sehat dan lucu. Ekonomi yang mapan. Karir suami yang kian moncer melengkapi kebahagiaannya. Namun siapa yang mengira ujian datang justru saat ia sedang berada di masa-masa keemasan. Diagnosa dokter yang ia terima 4 bulan silam menyatakan ia terkena kanker stadium 2. Kian hari tubuhnya kian rapuh. Riyanti berusaha tegar. Tak menampakkan wajah sedih demi keluarga kecilnya. Ia tak mampu mengabarkan perihal penyakitnya kepada suaminya khawatir akan membuat mental dan konsentrasinya buyar. Padahal suaminya baru saja dipromosikan menjadi kepala cabang.

Riyanti memendam sendiri semua kedukaan. Untuk meringankan beban ia tuliskan semua curahan perasaan di buku harian. 

*Diambil dari Pekan Karya 9 untuk memperingati Milad FLP Surabaya ke-16



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama