Poligami Atas Dasar Kemanusiaan

surga    Selasa, 4 Agustus 2015 lalu, saya dan sahabat saya sengaja pergi ke Surabaya pagi-pagi dengan satu tujuan, yakni menonton film yang lagi booming ”Surga Yang Tak Dirindukan”. Rasa penasaran begitu menggerogoti diri tatkala di media sosial ramai memperbincangkan tema yang diangkat oleh film ini, tiada lain adalah POLIGAMI. Tema yang banyak mengundang pro-kontra. Meskipun dua pekan telah berlalu, film yang dibintangi oleh Claudia Cyntia Bella initetapi masih saja dipadati oleh pengunjung yang mayoritas berhijab.
Pada lima menit pertama, penonton disuguhkan tayangan yang mengoyak hati. Seorang anak lelaki yang melihat secara langsung ibunya meninggal akibat tertabrak mobil. Sebuah film yang layak diacungi jempol. Di pembukaan, film ini berhasil memancing emosi peenikmatnya.
Prasetya, nama anak laki-laki tersebut yang dalam sosok dewasanya diperankan oleh aktor ganteng, Ferdi Nuril. Sosok lain yang membuat film ini menarik adalah seorang pendongeng cantik, Arini yang diperankan oleh Laudya Cyntia Bella. Perjalanan kisah asmara keduanya pun berujung dengan sebuah pernikahan. Prasetya menjadi seorang arsitektur dan Arini dengan hobinya mendongeng dan menulis. Pernikahan mereka dapat dikatakan begitu indah hingga suatu saat pada perjalanan menuju rumah sang mertua, prasetya dihadapkan sebuah kecelakaan tunggal yang dialami oleh wanita cantik berbadan dua dengan mengenakan gaun pengantin bernama Meirose, yang diperankan oleh Ralin Syah. Dari sinilah, awal cerita poligami yang disuguhkan dengan sudut pandang lainnya.
Kisah poligami yang diangkat dari novel Asma Nadia ini tidak mengedepankan hawa nafsu yang kerap diduga sebagai penyebab kebanyakan poligami masa kini. Namun terlebih pada  kemanusiaan, rasa empati, tenggang rasa dan welas asih. Hati dan fikiran kita seolah terkoyak habis, bagaiamana memegang perinsip bahwa kebaikan akan terus digengam meskipun kebaikan itu sendiri layaknya bara api.
Banyak hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran meskipun hanya fiksi belaka. Toh nyatanya kita masih menjumpai kisah-kisah poligami yang lain di negri ini. Semoga kita semua menjadi orang yang mampu berfikir sebelum bertindak sebelum menghakimi orang dengan POLIGAMI itu sendiri. Wallhu a’lam bishowab.

*Zumatul Atiqo




Post a Comment

Lebih baru Lebih lama