Njajan Nasi Jagung di Kantin Sekolah

gambar Nasi Jagung.docSiapa yang tak tahu dengan nasi jagung? Makanan pokok pengganti beras yang terbuat dari jagung. Pada jaman dahulu, jagung digunakan sebagai makanan pokok pengganti beras yang saat itu harganya mahal dan tak terjangkau harganya oleh masyarakat biasa. Meskipun kenyataannya saat ini masih ada daerah di Indonesia yang menggunakan jagung sebagai makanan pokoknya, namun bukan berarti jaman sekarang beras sulit didapatkan.

Kondisi saat ini, mayoritas yang mengonsumsi nasi jagung adalah orang tua terutama dengan diagnosa diabetes. Namun siapa sangka, ternyata banyak juga anak-anak yang menggemari makanan ini. Bahkan menjadi salah satu menu andalan dan favorit di sebuah kantin sekolah dasar di Kota Surabaya. Kota besar yang identik dengan makanan cepat saji yang terkesan modern.
SDN Kendangsari IV/279 Surabaya. Salah satu yang diperdagangkan di kantin sekolah ini adalah NASI JAGUNG. Awalnya ibu Sud sang penjual nasi ini mengaku bahwa sebenarnya dia menjual nasi jagung adalah untuk memenuhi kebutuhan sarapan para guru di sekolah ini. Namun siapa sangka kalau ternyata menu ini juga digemari oleh para murid.
Kebanyakan para guru ini berangkat pagi dan tidak sempat sarapan pagi. Dengan adanya Bu Sud yang menjual nasi jagung maka para guru di sekolah ini merasa tertolong. Hampir setiap hari mereka sarapan nasi jagung ini. Nasi jagung dengan oseng-oseng sayur, urap sayur, ditambah dua buah ikan asin yang digoreng garing, serta tidak lupa sambal terasinya sudah cukup membuat perut yang keroncongan menjadi kenyang.
Ternyata aroma ikan asin yang digoreng di kantin sekolah memancing anak-anak untuk ikut makan nasi jagung buatan Bu Sud. Cukup dengan membayar dua ribu rupiah, mereka sudah bisa menikmati nasi jagung porsi anak-anak. Sementara untuk para gurunya dipatok harga empat ribu rupiah. Hhmm, cukup murah dan menyehatkan. Kalau anak-anak njajan di sekolah dengan menu dan tarif yang relatif murah dan menyehatkan, maka para orangtua terutama para ibu tak perlu khawatir.

*Nur Hsyati

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama