Kunjungan FLP ke Kediaman Bu Sirikit Syah |
Adalah Bu Sirikit Syah, nama pena dari Hernani
Sirikit. Seorang penulis senior, dosen dan pakar jurnalisme dengan ratusan
karya dan ribuan murid tersebar di seantero nusantara. Pagi kemarin, Rabu (27/11),
perwakilan anggota FLP Surabaya dan FLP Jawa timur mendapatkan kesempatan emas berkunjung ke kediaman beliau, sang pemilik "Sirikit School of Writing". Tepatnya
di daerah Rungkut Asri Timur. Di tengah kesibukannya yang begitu padat beliau
menyempatkan menyambut tamu di rumah yang asri penuh dengan buku.
Silaturahmi Forum Lingkar Pena Jawa Timur ke rumah
Bu Sirikit kali ini dipimpin langsung oleh sang ketua, Pak Rafif Amir. Perbincangan
dimulai dari perkenalan, basa-basi tukar kabar, dan berbagi pengalaman.
Kemudian obrolan lebih banyak didominasi kisah perjalanan kepenulisan Bu
Sirikit. Dari sekian banyak genre yang belakangan kerap beliau gali dan asah,
di antaranya adalah memoar. Dalam tuturnya beliau sisipkan,
“Kalau menulis fiksi kan mikir, riset ke sana ke mari,
pakai imajinasi. Sedangkan menulis memoar jauh lebih mudah. Hanya berbekal masa
kecil. Tentunya dengan kekayaan bahasa dan keluwesan dalam bercerita.”
Di antara buku memoar yang telah beliau lahirkan
berjudul "Cancer & Me". Dalam buku ini, Bu Sirikit menceritakan bagaimana
masa-masa sulit beliau dalam melawan penyakit kanker. Beliau juga sempat menukil
beberapa potongan isinya, seperti perjuangan beliau setiap kali akan makan.
Selalu suami beliau dengan siaga menjadi satpam yang dengan sangat tegas
memastikan beliau benar-benar menghabiskan setengah porsi makanan tersebut. Yan
Lubis, seorang penulis memoar yang berulang kali beliau sebutkan sebagai kiblat
menulis memoar.
Pada pertemuan ini, Pak Rafif tak lupa membawakan
hadiah beberapa buku hasil karya teman-teman FLP Jawa timur. Dan salah satu di
antaranya karya anggota FLP Surabaya berjudul "Prejengane Kutho Suroboyo". Bu
Sirikit terlihat begitu senang dengan buah tangan berharga tersebut. Bahkan
beliau juga berbalik memberi para tamunya ini beberapa buku karya beliau sendiri.
Perbincangan sejak pukul delapan ini sungguh singkat karena harus berakhir
pukul sepuluh, dikarenakan Bu Sirikit harus melanjutkan hari dengan aktivitas
lainnya.
Sebuah harapan besar tentunya dimiliki para anggota
FLP dengan ajakan dari Ibu Sirikit untuk belajar bersama menulis memoar.
Mengingat betapa pentingnya penulisan memoar itu, terutama untuk mengangkat
kearifan-kearifan lokal pada setiap daerah. Beliau juga menambahkan, “Jika Andrea Hirata bisa mengangkat Bangka Belitung
menjadi kembali dikenal lewat Laskar Pelangi. Maka kita juga pasti bisa
menuliskan hal yang sama tentang daerah kita masing-masing. Karena setiap dari
kita pasti memiliki cerita yang berbeda. Menulislah.”
Penulis memoar berjudul "Masa Kecil di Jalan Melati" ini juga meyakinkan teman-teman penulis pemula yang masih muda untuk terus
berkarya. Jangan sampai kita terkalahkan dengan teknologi yang terus berkembang
pesat. Jika beliau dalam kondisi sakit melawan kanker masih bisa produktif
menulis hingga lima buku, apakah kita yang sehat wal afiat masih saja banyak
alasan untuk melahirkan sebuah tulisan? (Din*)
*Ihdina Sabili
Divisi Kaderisasi FLP Surabaya
*Ihdina Sabili
Divisi Kaderisasi FLP Surabaya
Posting Komentar