Pendahuluan
“Masa lalu biarlah berlalu, kalau manis tulislah dalam buku
kenangan. Kalau pahit, hapuskan dengan secangkir cokelat panas”. Begitulah
prinsip kehidupan yang aku pegang teguh hingga saat ini. Kita tidak mampu untuk
kembali ke masa lalu walaupun hanya satu detik saja, yang manis hanyalah sesaat
dan tidak akan abadi. Namun tiada selamanya masa lalu itu manis, pasti ada
pahit-pahitnya juga. Tapi tak masalah, kehidupan pasti naik dan pasti turun
juga.
Berbicara tentang masa lalu, aku sudah menjalani dinamika kehidupan
yang cukup unik, menggelikan, menggembirakan, dan menyedihkan. Walaupun aku di
rumah terlihat seperti anak yang jarang terlihat oleh tetangga. Maklum saja,
aku tinggal di perumahan yang kehidupan sosialnya itu terkesan acuh tak acuh.
Kamu mau melakukan ini ya silakan, asal tidak mengganggu kehidupanku. Tidak
seperti lingkungan desa yang masih peduli dengan tetangganya, kalau ada yang
merasa berbeda pasti ada rasa cemas. Kalau dibilang, aku ini “Anti Sosial”, bung.
Aku tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang perumahan, tapi lebih banyak
berinteraksi dengan kehidupan di luar rumah yang keras tapi mengasyikkan.
Apalagi, aku adalah mahasiswa yang bosan dengan perkuliahan yang isinya cuma
gitu-gitu aja. Aku butuh sesuatu yang baru dan lebih dari sekedar teori dan
wacana.
Berbicara tentang mahasiswa, aku sangat berbeda dengan kawanku yang
lainnya. Kata mereka sih, aku ini agak gila karena bacaanku yang terbilang
ekstrim. Katanya sih. Sejak menjadi mahasiswa baru program studi Pendidikan
Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Surabaya, aku mengawali tekadku untuk
menjadi seorang kutu buku. Namun lama kelamaan hidupku menjadi hambar dan perlu
mendapatkan pengalaman yang lebih dari perkuliahan dalam kelas, yaitu
berorganisasi.
Memulai Mengemban Amanah
Pertama kali aku mengemban amanah adalah pada awal Januari 2019,
sebulan kemudian kawanku yang bernama Hisyam memenangkan suara pemilihan ketua
HMJ PAI dengan telak. Sejak kemenangan itu, belum ada pikiran untuk bergabung
dengan kabinetnya nanti. Walaupun dalam hatiku ingin sekali bersama-sama
berjuang untuk memperbaiki sistem yang ada dalam organisasi tersebut. Setidaknya
ada kajian kecil atau agenda taman baca keliling, agar kegiatan bisa hidup.
Karena sebelumnya di HMJ tidak ada agenda yang jelas, paling besar hanya agenda
pengkaderan saja.
Dan pada suatu malam, saya ditelpon oleh Hisyam perihal apakah mau
untuk masuk ke dalam kabinetnya? Tanpa berpikir panjang saya terima tawarannya
dan dimanahi menjadi ketua bidang keilmuan. Agak berat memang, tapi kalau
dijalankan dengan baik pasti akan menjadi mudah.
Akhir bulan Februari, aku dan kawan-kawanku yang didominasi
semester 3 waktu itu, dilantik menjadi kabinet HMJ PAI yang baru.
Masalah baru muncul setelah aku dipilih menjadi formatur di Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Al-Qossam, dan lagi-lagi menjadi ketua bidang
keilmuan lagi. Ya mau bagaimana lagi, aku harus mau menerima amanah ini dengan
berat hati. Tapi aku masih lebih fokus untuk mengadakan kegiatan di HMJ
daripada di IMM, karena aku bingung harus melakukan apa disitu.
Perlahan tapi pasti, aku bisa melaksanakannya dengan baik dan
dilancarkan oleh Allah. Dan aku cukupkan jabatanku di kampus pada dua
organisasi ini. Sempat ada tawaran untuk masuk dalam kabinet BEM Fakultas, tapi
aku sudah merasa kapok untuk menjalankannya lagi. Daripada perkuliahanku
terabaikan, lebih baik ku fokuskan untuk menulis saja dengan tenang.
Refleksi Cinta di 2019?
Ini adalah kalimat penutup saja untuk mengakhirinya, biar tidak
terlalu serius-serius amat. Permasalahan cinta dalam tahun kemarin cukup rumit,
atau bisa dibilang sangat rumit. Pada bulan Ramadan kemarin, aku sempat dekat
dengan seorang perempuan yang satu fakultas denganku namun beda program studi
dan beda tingkatan. Dia mahasiswi prodi Ekonomi Syariah dan di bawahku setahun.
Walaupun secara fisik kecantikan wajahnya lebih banyak didukung
oleh make up nya yang tebal, tapi karena cinta itu buta dan tidak
memandang siapa pun, aku mau saja dengannya. Selang satu bulan berjalan, ku
anggap dia sudah merasa bosan denganku dan aku harus mengakhirinya.
Dan, pada akhir tahun 2019 aku sudah mendapatkan seorang wanita
yang mempunyai chemistry yang sama denganku. Sama-sama bergerak di
bidang keilmuan, bedanya sih aku lebih liberal saja. Aku tidak tahu sampai
berapa lama bisa bertahan, yang penting aku harus bersabar agar bisa hidup
bersama dengannya, “Z”.
Biodata Singkat
Penulis memiliki nama lengkap Thoriq Kemal, lahir di Surabaya pada
tanggal 18 Desember 1998. Saat ini sedang berkuliah S1 Pendidikan Agama Islam
di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Orang bilang dia itu bucin, tapi kok
lebih senang baca buku-buku Kiri. Bisa dihubungi lewat WA atau telepon
081455048697. Sudah ya itu aja,hehe.
Posting Komentar