2019, Dinamika Organisasi di Kampus dan Cinta Terakhir




Pendahuluan

Masa lalu biarlah berlalu, kalau manis tulislah dalam buku kenangan. Kalau pahit, hapuskan dengan secangkir cokelat panas”. Begitulah prinsip kehidupan yang aku pegang teguh hingga saat ini. Kita tidak mampu untuk kembali ke masa lalu walaupun hanya satu detik saja, yang manis hanyalah sesaat dan tidak akan abadi. Namun tiada selamanya masa lalu itu manis, pasti ada pahit-pahitnya juga. Tapi tak masalah, kehidupan pasti naik dan pasti turun juga.

Berbicara tentang masa lalu, aku sudah menjalani dinamika kehidupan yang cukup unik, menggelikan, menggembirakan, dan menyedihkan. Walaupun aku di rumah terlihat seperti anak yang jarang terlihat oleh tetangga. Maklum saja, aku tinggal di perumahan yang kehidupan sosialnya itu terkesan acuh tak acuh. Kamu mau melakukan ini ya silakan, asal tidak mengganggu kehidupanku. Tidak seperti lingkungan desa yang masih peduli dengan tetangganya, kalau ada yang merasa berbeda pasti ada rasa cemas. Kalau dibilang, aku ini “Anti Sosial”, bung. Aku tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang perumahan, tapi lebih banyak berinteraksi dengan kehidupan di luar rumah yang keras tapi mengasyikkan. Apalagi, aku adalah mahasiswa yang bosan dengan perkuliahan yang isinya cuma gitu-gitu aja. Aku butuh sesuatu yang baru dan lebih dari sekedar teori dan wacana.

Berbicara tentang mahasiswa, aku sangat berbeda dengan kawanku yang lainnya. Kata mereka sih, aku ini agak gila karena bacaanku yang terbilang ekstrim. Katanya sih. Sejak menjadi mahasiswa baru program studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Surabaya, aku mengawali tekadku untuk menjadi seorang kutu buku. Namun lama kelamaan hidupku menjadi hambar dan perlu mendapatkan pengalaman yang lebih dari perkuliahan dalam kelas, yaitu berorganisasi.

Memulai Mengemban Amanah 

Pertama kali aku mengemban amanah adalah pada awal Januari 2019, sebulan kemudian kawanku yang bernama Hisyam memenangkan suara pemilihan ketua HMJ PAI dengan telak. Sejak kemenangan itu, belum ada pikiran untuk bergabung dengan kabinetnya nanti. Walaupun dalam hatiku ingin sekali bersama-sama berjuang untuk memperbaiki sistem yang ada dalam organisasi tersebut. Setidaknya ada kajian kecil atau agenda taman baca keliling, agar kegiatan bisa hidup. Karena sebelumnya di HMJ tidak ada agenda yang jelas, paling besar hanya agenda pengkaderan saja.

Dan pada suatu malam, saya ditelpon oleh Hisyam perihal apakah mau untuk masuk ke dalam kabinetnya? Tanpa berpikir panjang saya terima tawarannya dan dimanahi menjadi ketua bidang keilmuan. Agak berat memang, tapi kalau dijalankan dengan baik pasti akan menjadi mudah.
Akhir bulan Februari, aku dan kawan-kawanku yang didominasi semester 3 waktu itu, dilantik menjadi kabinet HMJ PAI yang baru.

Masalah baru muncul setelah aku dipilih menjadi formatur di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Al-Qossam, dan lagi-lagi menjadi ketua bidang keilmuan lagi. Ya mau bagaimana lagi, aku harus mau menerima amanah ini dengan berat hati. Tapi aku masih lebih fokus untuk mengadakan kegiatan di HMJ daripada di IMM, karena aku bingung harus melakukan apa disitu.

Perlahan tapi pasti, aku bisa melaksanakannya dengan baik dan dilancarkan oleh Allah. Dan aku cukupkan jabatanku di kampus pada dua organisasi ini. Sempat ada tawaran untuk masuk dalam kabinet BEM Fakultas, tapi aku sudah merasa kapok untuk menjalankannya lagi. Daripada perkuliahanku terabaikan, lebih baik ku fokuskan untuk menulis saja dengan tenang.  

Refleksi Cinta di 2019?

Ini adalah kalimat penutup saja untuk mengakhirinya, biar tidak terlalu serius-serius amat. Permasalahan cinta dalam tahun kemarin cukup rumit, atau bisa dibilang sangat rumit. Pada bulan Ramadan kemarin, aku sempat dekat dengan seorang perempuan yang satu fakultas denganku namun beda program studi dan beda tingkatan. Dia mahasiswi prodi Ekonomi Syariah dan di bawahku setahun.

Walaupun secara fisik kecantikan wajahnya lebih banyak didukung oleh make up nya yang tebal, tapi karena cinta itu buta dan tidak memandang siapa pun, aku mau saja dengannya. Selang satu bulan berjalan, ku anggap dia sudah merasa bosan denganku dan aku harus mengakhirinya.
Dan, pada akhir tahun 2019 aku sudah mendapatkan seorang wanita yang mempunyai chemistry yang sama denganku. Sama-sama bergerak di bidang keilmuan, bedanya sih aku lebih liberal saja. Aku tidak tahu sampai berapa lama bisa bertahan, yang penting aku harus bersabar agar bisa hidup bersama dengannya, “Z”.

Biodata Singkat
Penulis memiliki nama lengkap Thoriq Kemal, lahir di Surabaya pada tanggal 18 Desember 1998. Saat ini sedang berkuliah S1 Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Orang bilang dia itu bucin, tapi kok lebih senang baca buku-buku Kiri. Bisa dihubungi lewat WA atau telepon 081455048697. Sudah ya itu aja,hehe.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama