Alunan Kenangan Sepanjang 2019

“Sudah sudah, nanti kita beli skincare, beli baju atau beli pentol ya”. Kalimat itu yang selalu terucap di bibir ketika pikiran lagi semrawut, sekadar untuk menetralkan logika dan perasaan yang sedang berkecamuk atau hanya untuk meredakan emosi jiwa yang kadang meledak tanpa peduli dengan ruang dan waktu. Maklum, sejak sepeninggal ayah, rasanya beban mental ini semakin berat. Harus menjadi perempuan yang kuat, tangguh dan tahan banting dengan segala hal yang menghampiri, agar terlihat lebih menenangkan di mata ibu supaya tak jadi beban pikirannya saat perantauan memisahkan ia dan anak perempuan tersayangnya.

Hidup tanpa seorang ayah itu ternyata tidak mudah kawan, walau empat tahun telah berlalu dan terlewati, ada saja yang hal membuat tekanan di hati. Tapi aku yakin, pasti banyak teman-teman yang kisahnya sama bahkan lebih mengharukan dari pada ini. Hanya saja aku yang terlalu cengeng dan mudah terbawa arus ketika dibanjiri hal-hal yang berbau tentang ayah.

Entah ini akibat dari kejadian empat tahun yang telah berlalu itu, atau mungkin aku yang mendorong diriku sendiri secara sengaja dan tanpa sepengetahuanku untuk menjadi seperti ini. Yang terasa hanya diriku saat ini lebih tertutup dan gemar memilah orang yang aku percaya untuk mendengar keluh kesahku setiap harinya. Tapi tak jarang aku lebih memilih berdiam sendiri atau lebih sering menghabiskan waktu dengan mengendarai kendaraan pribadiku untuk mengukur jalan dan berhenti di salah satu minimarket lalu membeli sesuatu yang ringan untuk dimakan atau diminum sembari menikmati laju roda-roda yang berlalu-lalang di depan mata sampai sang raja cahaya hilang berganti senja.  

Jujur saja, bukan karena introvert namun ketika menikmati segala sesuatunya dengan sendiri akan lebih terasa nyaman di hati. Tanpa khawatir akan memberi beban kepada orang lain atau tanpa takut masalah yang kita hadapi terkuak dan terdengar di telinga orang banyak. Mungkin saja ini yang diinginkan ayah, jadilah kuat tanpa melemahkan orang lain dan jangan banyak mengeluh, jika kau tidak menginginkan mereka yang tidak suka padamu akan tertawa melihat itu.

 Terlepas dari figur seorang ayah, bukan berarti menyepelekan sosok perempuan hebat yang doanya selalu mengiringi dimanapun aku berada. Ya.. Ibu namanya, manusia pertama yang memarahiku ketika ada orang yang tersakiti oleh sifat atau sikapku dan orang yang paling terdepan membelaku ketika diriku disakiti orang lain. Uuuh.. Kenapa jadi mewek gini, hehe. Pokoknya perempuan multitalent yang selalu sukses memerankan segala tokoh. Dari menjadi peran utamanya sebagai ibu, menjadi pemimpin layaknya seorang ayah, menjadi superhero yang menggantikan sosok seorang kakak, berbagi rasa dalam semua kisah sama halnya seperti sahabat dan terkadang juga bisa berperan sebagai musuh dalam peperangan. Hebat ya..

Sudah ah, pasti bawaannya baper kalau bahas tentang orangtua. Sebenarnya banyak kisah menarik lainnya di sepanjang tahun 2019 ini, namun kisah ini menjadi kisah pilihan tertulis kali ini, karena menurutku memang kisahnya menarik dan terjadi di setiap tahunnya.

Intinya, tidak semua masalah yang kita hadapi berakhir di telinga orang dan ter-update di status media sosial bukan? Hehe.. Terkadang senja mampu menjadi sandaran ketika kita rapuh. Dan jangan lupa terus bahagiakan orang-orang terkasih kawan.

 Cukup sekian dan terima kasih, salam dari Nur Afia