Oleh N Khana
Tak
terasa kini sudah ku injakkan kakiku di rumah baru, 2020 namanya. Bertamu dan
disambut oleh Januari, sebelum ku telusuri waktu untuk memindah usiaku, dari
seperempat abad saja, berubah jadi seperempat abad plus satu.
2019
berjalan tak begitu anggun versiku. Banyak kegagalan yang muncul di luar
dugaan. Mengganggu lalu lalang kegiatan nyamanku. But, Its okay. Berkat si
gagal banyak hal menarik di luar dugaan dan menenggelamkan sesal dalam syukur
begitu saja.
Gagal.
Kondisi ini yang sangat perlu aku garis bawahi sejak tubuhku menginjakkan kaki
di pelataran bumi menyambut si Jajan –Januari-. Bukan untuk tenggelam dan
memasang emosi galau gagal move on, melainkan mempelajari pola salah untuk
dihindari di kemudian hari.
Setahun
lalu, aku memperoleh kesempatan untuk terlibat dalam Forum Lingkar Pena di
Surabaya secara langsung. Menjadi pemeran dibalik layar tim Karya mereka. Hanya
anggota, tapi banyak makna di dalamnya.
Beda
waktu, aku bertemu dengan orang – orang hebat versi mereka masing–masing.
Mereka yang dikenal publik seperti Angga Dwimas Sasongko, Ardhito Pramono, Lala
Timothy, Ayu Utami, Najwa Shihab, Reza Rahadian dan menteri luar negeri –Retno
Marsudi-. Atau mereka yang hanya dikenal manusia di sekitarnya.
Beberapa
hari lalu, aku berkesempatan pula menengok sang ibu kota Indonesia untuk kedua
kalinya, sebelum di bulan kelahiran aku menikmati kesesakannya untuk 3 hari 2
malam. Kali ini aku tinggal lebih lama lagi, 2 minggu tak genap sepertinya
karena pekerjaan baruku. Jelas ini beda rasa sama hari itu yang hanya
menikmatinya karena liburan.
Ngomongin
tahun kelahiran, aku jadi ingat dan baru sadar, bahwa aku sudah seperempat
abad. Buktinya aku menanyakan pada diriku sendiri “kapan aku serius untuk
menikah?” Bukan lagi hanya pertanyaan dari bapak ibuku apalagi nenekku beserta
netizen – netizen yang kepo tentang hidupku.
Lagi
– lagi, November menuju Desember menjadi penentu masa depanku. Bukan pertama
kalinya aku dihadapkan dengan kata “Resign.” Iya, beberapa tahun lalu aku nekat
resign karena merasa bosan dengan pekerjaanku sebagai manusia pabrikan yang
tinggal di mes kontainer.
Itu
resign pertamaku, sebelum aku menjadi pekerja swasta di beberapa tempat dengan
sepeda pancal. NoDes – November Desember- telah menjadi saksi resign – resign
selanjutnya sebelum akhirnya resign terakhirku dari tempat yang penuh sesak
dengan aluminium.
Kini,
tubuhku berada di Jakarta untuk menemui cuan di pekerjaan baruku sebelum aku
berkencan dengan aluminium untuk terakhirnya tiga hari sebelum 2019 berganti
dengan 2020.
Semoga,
kanvas 2020 ku makin colour full dengan berbagai rasa. Bukan hanya melanjutkan
tenunan karya tulis ku yang sempat mandek karena sibuk dengan dunia nyata,
tetapi juga kisah cintaku yang sempat mandek karena tak tertarik untuk pacaran.
Hahha, udah enggak usah ngomongin cinta, entar makin panjang refleksinya.
2020.
Ku pinang kau dengan Bismillah. Dan ku awali dari pisah ranjang dari Surabaya
ke Jakarta. Semoga kau makin serius Na. Menciptakan maha karya atau sesuatu
yang bermanfaat untuk manusia, dan pastinya nyicil pahala untuk mati entah
kapan jadwalnya. Aamiin.
Well.
Kisah ini hanyalah sekilas kisah bertamuku di 2019. Hanya sekilas. Lebihnya
hanya menjadi rahasiaku untuk kusimpan sendiri.
Ibu
Kota , 1-2 Januari 2020
Aku
adalah aku. Manusia tak sempurna yang memiliki nama asli dari orang tua Nurul
Khasanah. Bisa disapa ala netijen di Instagram bernama @nkhanaart.
Wah jangan lama-lama pisah ranjangnya... :(
BalasHapusTenang. Ini sudah kembali ke dunia nyata rasa langit Pahlawan Frau :)
HapusPosting Komentar