Oleh : Suci
Tak semua masa yang dilewati memiliki
kesan yang sama. Tak heran orang menyebut suatu tahun sebagai tahun
keberuntungan, tahun perubahan, tahun penuh ujian, dan sebutan lainnya yang
tentunya terserah si penyebut. Lalu bagaimana 2019?
Berbicara tentang 2019 kemarin,
sebenarnya Saya sedang bingung memberikan definisi apa yang tepat atas yang
sudah Saya lalui ini. Tapi itu bukan tugas besar Saya di tahun ini buat
mencarinya. Tahun 2019 sudah berlalu beberapa jam yang lalu, tapi kenangan akan
lekat pada ingatan. Kenangan inilah yang menjadi hadiah awal tahun Saya, bekal
memawas diri di tahun 2020 ini.
Jika Saya diminta untuk sekadar memberikan
sebuah sebutan, Saya rasa sebutan apapun cocok untuk 2019. Ya, karena konsep
semua sebutan itu pada dasarnya sama.
Beberapa hal sudah Saya lalui, pun
pembaca pada 2019 ini. Apapun itu, hak masing-masing orang untuk berbagi cerita
atau cukup menyimpannya saja. Bukan berlebihan, memang semua tidak bisa Saya
ceritakan, atas dasar keterbatasan perasaan, hahaha. Entah tulisan ini mau Saya
bawa ke mana Saya tidak tahu. Maafkan Saya pembaca.
Soal kata maaf, agaknya Saya diajari untuk
mengucap kata itu di tahun 2019. Terutama meminta maaf kepada diri sendiri.
Saya masih ingat betul, ketika Saya berkunjung ke salah satu kos rekan,
kemudian bercerita panjang kali lebar kali tinggi tentang sebuah dilema,
kemudian ia berkata; Berhenti menyiksa
dirimu dengan terus memaksanya memenuhi semua yang kamu inginkan. Berhenti
menyalahkan dirimu dengan terus merasa bersalah atas apa yang telah kamu
lakukan. Berhenti, berhentilah, bersyukurlah, berterimakasihlah pada dirimu
sendiri.
Saya masih ingat kalimat mahasiswi
seumuran Saya yang suka bercerita tentang Angling Dharma itu. Ya, selain karena
dia juga mengetik di notes gawai agar bisa dibaca berulang-ulang ketika Saya
melewati fase seperti itu lagi.
Ketika itu saya menangis tersedu,
sungguh. Astagfirullah maafkan aku
diriku. Sungguh aku minta maaf. Ternyata mencintai diri sendiri dengan
menerima segala kekurangan yang ada, tidak memaksanya, dan berterimakasih
kepadanya merupakan hal besar yang berpengaruh besar. Seberat apapun masalah, sepelik apapun hidup,
dirimu adalah bagian dari kamu yang harus kamu syukuri. Dengan kerja sama
antara aku dan diri, maka jadilah aku yang seperti ini.
Motivasi terbesar berasal dari
dorongan internal, yaitu diri sendiri. Baik untuk melakukan sesuatu, menghadapi
sesuatu, hingga menerima sesuatu. Saya tahu, jika yang paling mampu memotivasi
diri Saya adalah Saya sendiri. Setelah fase penerimaan itu datang, Sayapun
menulis kalimat singkat yang semoga dapat mengingatkan Saya ketika lalai. Ya,
semoga. Kurang lebih seperti ini yang tertulis di notes Saya.
Untuk diriku. Terimakasih karena masih bertahan hingga saat
ini. Diriku, aku mencintai setiap keputusan yang kuambil. Tidak apa, apapun
yang terjadi setelah ini aku akan memaafkan. Terimakasih karena selalu berusaha
menjadi yang terbaik. Terimakasih untuk segala kelebihan dan kekurangan yang
dipunya. Terimakasih sudah berjuang sejauh ini. Terimakasih sudah selalu rela
berkorban. Aku janji, tidak akan menyakiti diri lagi.
...
Saya rasa, 2019 merupakan tahun saat
rahmat Tuhan bermekaran. Ya, Allah Tuhan Saya yang Maha baik itu memberikan
banyak sekali rahmat. Rahmat itu berupa keberuntungan, perubahan, ujian, dan
segala hal yang terjadi di tahun 2019 kemarin. Saya mengikhlaskan 2019 pamit. Maaf dan terimakasih, Saya ucapkan.
Posting Komentar