Oleh: Retno Fitriyanti
Ilustrasi: Pixabay.com |
Hampir setiap hari masjid di komplek rumahku menyiarkan kabar duka. Satu per satu tetanggaku berpulang karena virus Covid-19. Tidak jauh berbeda dengan lini masaku. Setiap hari berseliweran kabar duka cita dari keluarga, teman, saudara, tetangga, dan pertemanan di media sosialku. Begitu ganasnya virus ini merenggut banyak nyawa. Aku merenung, entah sampai kapan aku mampu bertahan. Sementara aku harus tetap bekerja keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kabar adanya vaksin gratis dari pemerintah guna mempercepat terbentuknya herd immunity telah sampai di telingaku. Segera aku mencari tahu di mana dan bagaimana cara mendapatkannya. Melalui flyer yang aku lihat di media sosial, pemerintah mengadakan vaksin massal di Stadion Gelora 10 November. Syaratnya pun cukup dengan membawa fotokopi KTP. Aku segera mempersiapkannya. Rencananya esok hari, pukul 5 pagi aku berangkat dari rumah menuju stadion. Ya, aku harus berangkat pagi-pagi sekali karena jarak dari rumahku ke stadion cukup jauh. Guna menghindari antrean yang panjang aku berangkat pagi-pagi.
Sebenarnya aku agak takut dengan jarum suntik namun melihat kondisi seperti ini aku berusaha mengabaikan rasa takutku. Tiba-tiba ada pesan masuk dari teman baikku. Dia menanyakan apakah aku sudah divaksin atau belum. Dia mengabarkan bahwa temannya habis divaksin secara drive thru di Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Temanku menyarankan agar aku melakukan vaksin di sana daripada ke stadion. Alasannya jarak yang lebih dekat dan antreannya juga tidak seramai di stadion. Persyaratannya juga cukup dengan membawa fotokopi KTP. Setelah aku pikir-pikir alasannya masuk akal. Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan vaksin di Polres Pelabuhan Tanjung Perak.
Tepat pukul enam pagi aku mulai memanaskan sepeda motor bersiap untuk ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Jalanan masih lengang hingga sepeda motorku bisa bebas melaju cukup kencang. Sekitar pukul 6.30 pagi aku sudah sampai di lokasi. Sudah ada beberapa mobil dan motor yang mengantre. Aku menghitung antrean sepeda motor. Ada 18 sepeda motor yang sudah mengantre di depanku. Lumayanlah tidak terlalu banyak batinku. Rupanya acara baru dimulai pukul delapan pagi. Sambil menunggu aku bermain gawai.
Mendekati pukul delapan pagi, mulai ada pengumuman dari panitia. Bagi warga yang ingin vaksin diharuskan mendaftar terlebih dahulu dengan mengumpulkan fotokopi KTP di loket, di depan pintu masuk. Aku sedikit terkejut karena temanku tidak menginformasikan hal tersebut. Aku menanyakan kepada orang yang mengantre di depanku untuk memastikan hal tersebut. Rupanya ia telah mendaftar kemarin dengan menaruh fotokopi KTP. Untuk lebih meyakinkan aku kembali menanyakan hal yang sama kepada petugas dan orang lain yang sedang mengantre juga. Jawabannya sama bahwa aku harus mendaftar terlebih dahulu baru bisa di vaksin. Aku kecewa karena telah menunggu selama 1,5 jam tapi tidak bisa divaksin karena belum mendaftar. Selain itu aku harus kembali lagi esok hari. Tebersit niat untuk langsung ke stadion saja. Tapi melihat waktu yang sudah siang pasti di stadion juga sudah banyak orang yang mengantre. Akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar dulu hari ini dan kembali esok hari untuk divaksin. Semoga lelahku hari ini menjadi ikhtiar yang bernilai ibadah untuk menjaga kesehatanku.*
Pekan Karya ketiga, 10 Juli 2021
Posting Komentar