Begini Lo Adab Mengaji Daring

Dokumentasi LEMPER #3

Siapa yang sering mengaji dan seminar melalui zoom dengan adab yang semaunya sendiri? Mungkin ada akhi yang mengaji daring cuma memakai kaus dalam saja, ukhti yang tanpa sengaja terlihat auratnya, atau malah mengaji sambil menonton drakor. Hayo siapa yang begitu?


Kebiasaan kurang baik ini mungkin hampir terjadi di kalangan warganet yang mengikuti pengajian atau pun kelas daring. Salah satu anggota FLP Surabaya, akrab disapa Danang Ramdani yang gusar dengan kebiasaan kurang baik itu, bertanya di akhir majelis Lemper kepada ustaz Afri Andiarto. Lemper (takLem PenguRus) mengusung tema “Kepak Sayap Keadaban” dihadiri pengurus FLP Surabaya pada Sabtu, 28 Agustus 2021.


“Ustaz, bagaimanakah adab mengaji lewat zoom, bolehkan tidak on cam karena kesibukan dan sebagainya?” Jelas Kepala Divisi Kaderisasi FLP Surabaya.


Ustaz lulusan magister ekonomi ini menjelaskan majelis daring akan tetap bernilai di hadapan Allah. Mengaji daring juga tetap mendapatkan berbagai manfaat dan pahala, menjadi bagian dari taman surga, mendapat curahan rahmat dan di kelilingi malaikat. Mengaji daring tetap berfaedah, namun dengan syarat tertentu.


“Meniatkan dirinya dan penuh kesungguhan ikut mengaji sebagaimana hadir dalam majelis luring,” jelas Pembina Majelis Ahbabur Rasul ini. Kesungguhan tidak hanya secara batin atau niatnya saja, namun juga kesungguhan fisik. Bentuk kesungguhan seperti menyimak dengan baik, menghadap zoom dan membawa buku catatan.


Founder Gerakan Mengabdi Mengajar menggambarkan adab sebagaimana sikap para sahabat kepada Nabi Muhammad. Sahabat nabi tidak bertanya berlebihan, tidak ingin tahu ataupun bertanya yang di luar konteks, tidak menginterupsi dan tidak menyela percakapan antara Nabi Muhammad dengan seorang pemuda.

Poster Lemper #3


Adab juga tergambar sebagaimana Ibnu Abbas datang ke rumah gurunya tanpa mengetuk pintu, melainkan menunggu sampai gurunya keluar rumah. Ahlul bait ini pun menghempaskan rida nya dan duduk menunggu di depan pintu rumah. Ketika gurunya bertanya kenapa Ibnu Abbas tidak mengetuk pintu. Sepupu Rasulullah itu pun menjawab,


“Sungguh aku lah yang membutuhkanmu. Maka aku tidak mau menggangu waktu pribadimu.” Sikap keteladanan Nabi Muhammad dan sahabatnya terus terulang dan dijadikan tuntunan dalam beretika oleh ulama-ulama setelahnya.


Kata adab sudah dikenal sebelum agama Islam yang artinya norma atau etika berdasarkan konsensus masyarakat Arab. Adab ketika pra islam dianggap sebagai sesuatu yang terpuji dan diajarkan dari generasi ke generasi. Adab pun mengalami reformasi semantik seacara islami dikenal dengan istilah at tahdzib. Adab berorientasi pada pendidikan dan budi perkerti. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita berperilaku dan beretika sesuai Nabi Muhammad dan para sahabatnya.


*)Lathifah Inten Mahardika, anggota kaderisasi FLP Surabaya.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama