Tapak Suci


Oleh: N Khana

 

Hi! Aku N. Ini pertama kalinya aku mengikuti sebuah perjalanan bersama Forum Lingkar Pena Surabaya yang diberi nama Rekreasi Menulis atau sering disingkat dengan RM. Diadakan selama 2 hari 1 malam di Phutuk Panggang Welut dengan gaya camping bersama sekitar 30 orang.

Kabarnya dari salah satu senior—Mami Retno—peserta RM kali ini sangat banyak dibanding tahun sebelumnya. Yah mungkin efek samping dari pandemi yang telah melanda bumi hampir 2 tahun ini. Jadi bisa dikatakan para peserta adalah orang-orang yang butuh hiburan dan liburan.

Oh ya, camping ini juga pertama kalinya buatku di dataran tinggi. Sebelumnya memang pernah tapi waktu zaman masih sekolah. Jelas sudah lewat puluhan tahun lalu. Dan momen first time-ku makin dibuat terkesan karena saat tiba disambut oleh hujan. Bukan, bukan. Awalnya hanya gerimis aja, setelah mendirikan 2 tenda dan makan siang hujan deras melanda.

Alhamdulillah si hujan tak datang bersama petir atau gemuruh bercampur angin. Hanya air berjatuhan yang mengalir dari tempat tinggi ke rendah bersama tanah hingga larahan. Meskipun sempat menggenang dan menyebabkan sandal sepatu ngambang, tenda matras basah-basahan hingga pakaian beserta kumpulan jajan. Tetapi, kondisi kami baik-baik saja. Yah walaupun sempat harus bongkar pasang tenda di tengah derasnya hujan agar tak kebanjiran dan tidur pas malamnya nyaman.

Itu kisahku! Salah satu peserta kloter pertama RM yang harusnya berangkat pukul 09.00 WIB ternyata mundur 30 menit. Belum lagi estimasi keberangkatan yang salah hitung. Finally, jadwal keberangkatan kloter kedua juga ikut telat karena harus menunggu elf yang mengantar kami sampai pada titik nol.

Any way, ketika rentetan kejadian yang terjadi pada kami untuk ditarik benang merahnya, ada hikmahnya. Bahkan sebuah pelajaran berharga untuk kami dari DIA. Tentu salah satu pelajarannya “Sabar”. Kloter pertama yang diajak sabar dengan ujian hujan sedangkan kloter kedua diajak sabar menunggu kepastian. Sepele, tapi ketika dipraktekkan menggoda iman untuk meluapkan kemarahan.

Ok. Mari to the point ke sore. Kloter pertama sibuk dengan memasang tenda lagi, mengeringkan pakaian, kelasa, sampai para matras yang diletakkan di sekitar api unggun sekali bakar. Sedangkan kloter sedang sibuk menikmati pemandangan dari dalam elf menuju ke tempat camping sambil melahirkan obrolan hingga tiduran.

Magrib kami semua sudah berada di lokasi. Saling sapa satu sama lain dan menggabungkan drama beda kata bermakna sama, sabar. Bahkan ada yang langsung mendirikan tenda hingga ikut masak-masakan dan menghangatkan badan di perapian. Pelan tapi pasti, jejak-jejak kisah tercipta dari masing-masing peserta. Ada yang tertawa tanpa jeda, ada yang sibuk dengan keluarga hingga PDKT sesama jomblo yang ternyata hanya bercanda.

Sekitar pukul 20:00 WIB permaianan dimulai oleh panitia. Sebut saja Fafa dan Ratnawa juga tak papa. Musik dimainkan, sebotol bedak saling dilemparkan untuk menemukan buruan pementasan. Ngelawak, eh memaksa melawak. Menyanyi balon ada lima dan mendongeng ditampilkan.

Lampu mati. Kami tetap melanjutkan kisah ini. Perkenalan masing-masing nama peserta, sosial media dan rahasianya. Tentu, bakar-bakar bahan makanan dan saling memakan hasil masakan juga tetap berlanjut. Sampai akhirnya perkenalan berakhir dan kami diminta rehat sebelum menikmati akhir bulan.

Sayang! Tak semuanya rehat. Hanya sebagian saja. Lainnya masih tetap bercerita dan tertawa terbahak-bahak. Salah satunya peserta gondrong tapi tak galak. Beberapa peserta juga ada yang tak tidur efek bisingnya para tetangga tenda yang berdendang hingga fajar datang. But, alhamdulillah-nya power teman-teman masih stabil untuk menemui Ahad dan menciptakan Akad takdir di perjalanan ini.

Ahad. Subuh datang, sebagian peserta subuhan. Sebagaian mulai ketiduran. Ada yang memilih masak-masakan. Mengisi perut kosong dengan minuman hangat, bakso semalam dan mi instan. Bahkan ada juga yang langsung membuka kamera ponsel untuk melahirkan kenangan lewat gambar yang bisa dicetak kapan-kapan.

Sekitar pukul 06.00 WIB kami melanjutkan perjalanan untuk merenggangkan badan. Lewat senam kebugaran, kuis tebak kata dan squid game yang harus lari-larian. Memang tak ada keringat yang berjatuhan, tapi ada air mata bahagia tak kasat mata bertebaran.

Namanya juga Rekreasi Menulis. Tak afdol kalau tak ada momen menarikan pena dan menghasilkan aksara. Entah hanya menggunakan Bahasa Indonesia atau bercampur bahasa asing lainnya. Intinya, kami ditantang berkarya dalam 30 menit dalam lembaran polos dan harus selesai tanpa jeda nego seperti biasanya.

Foto bersama di bawah tulisan “Phutuk Panggang Welut” sudah. Waktunya menjelajah. Ada yang langsung turun ke air terjun imitasi, ada juga yang hanya menikmati pagi tanpa kembali ke tenda kami. Namanya juga menjelajah, jadi suka-suka ke mana kaki melangkah. Asal tak salah arah.

Pukul 13:00 WIB 2 elf datang menjemput kami setelah drama mau pulang jam berapa sambil menikmati mangga. Akhirya kami pulang bersama. Meskipun harus berubah formasi tempat duduknya. Namun tak mengurangi bahagia yang tercipta selama 2 hari lamanya.

Dan aku berharap, perjalanan yang kusebut tapak suci ini selamanya suci. Jika pun ada noda, semoga ia tak memberikan celah kalah. Melainkan penyumbang warna untuk menghasilkan gradasi kisah. Terutama teruntuk diriku yang sedang berjuang menemukan jati diri dan pastinya mengumpulkan bekal mati. Sampai jumpa teman-teman di RM selanjutnya yang gak tahu kapan nanti. Dan semoga kita semua sudah tidak jomlo seperti RM kali ini.

Baiklah. Itu sekilas catatan perjalanan si amatir yang suka mikir. Langsung berbunga-bunga kalo dapat gratis ongkir. Apalagi kalau tiap hari bisa makan sayuran yang salah satunya kenikir. Ihir.

 

 

Negara Bertopeng, 06 November 2021

Ruang Sendiri ditemani dua sepeda pribadi.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama